Jadi ceritanya saya, Dhevina Dewantari, yang sudah mahasiswa semester 5, belum pernah naik kereta sekalipun, mencoba mengubah takdir saya. Saya naik kereta kemarin! First-time dan lucu banget.
Saya nggak akan share gimana cara pesen kereta online atau gimana caranya nyetak tiket di stasiunnya. Karena tulisan semacam itu udah banyak sekali di internet.
- Pastikan Anda punya teman seperjalanan yang asyik agar pas perjalanan naik kereta bisa ngobrol seru. Untungnya nih teman seperjalanan saya kemarin asyik sekali dan perjalanan saya naik kereta nggak semenakutkan yang saya bayangkan.
- Pastikan sebelum berangkat, periksa tiket pulangnya ada apa tidak. Ini untuk Anda yang akan melakukan travelling sehari saja. Saya dan teman saya kemarin lupa memeriksa tiket pulang dan alhasil tidak jadi beli tiket pulang.
- Datanglah minimal satu jam sebelum keberangkatanmu. Saya dan teman saya (yang sama-sama belum pernah naik kereta) datang pukul 6.00 di stasiun Gubeng. Kereta kami berangkat pukul 7.20.
- Bawa jajan atau cemilan selama perjalanan. Ini untuk menghemat uang jajan Anda agar tidak beli-beli di gerbong.
- Pilih kursi yang window seat. Kalau saya sih selalu pilih window seat kemana pun dan naik apa pun. Karena bisa lihat pemandangan di luar sana.
- Jangan tidur di kereta. Buat orang-orang yang baru pertama kali naik, pastikan jangan tidur karena kalian akan melewatkan momen-momennya. Ini jelas-jelas tidak-Dhevina-banget yang biasanya langsung tidur begitu nyaman di tempat duduk.
Setelah bagi tips di atas... saya mau menuliskan pengalaman saya nih. Gatel banget dari kemari pengen nulis.
Jadi ceritanya saya dan teman saya ini janjian naik kereta bareng. Begitu sampai di tujuan (Lawang) saya mendapat telpon dari teman-teman lain yang mau ke Batu. Saya bilang saya ada di stasiun Lawang. Saya dan teman seperjalanan saya sudah naik angkutan (yang akan mentransfer kita ke angkutan lain) kabur dari sopir angkutan dan berlari ke stasiun mencari kamar mandi. Kami berdua menghindari jalan tempat si angkutan berhenti tadi. Di tengah jalan saya dapat telpon lagi yang bilang rombongan teman-teman yang lain sudah ada di stasiun.
Pyarr! Trak Dumm Cess!
Akhirnya kami bertemu di stasiun lawang. Kami berdua akhirnya ikut naik mobil dan kami bersama-sama ke Batu. Padahal sebelumnya kami berencana untuk ke kebun teh.
Yasudahlahya.....
Spot pertama yang kami datangi adalah Alun-alun Kota Wisata Batu. Ada bianglala yang langsung merebut perthatian saya. Dari dulu saya suka naik bianglala. Tapi yhagitu kalau jalan-jalan bersama teman, Anda juga harus mempertimbangkan keinginan teman Anda. Saya gagal naik bianglala itu. Kami sholat dhuhur dulu, kemudian mencari makanan. Ada KUD yang menjual susu di sana dan saya sangat mengidamkannya namun hingga akhir saya belum sempat mencicipi. Jauh-jauh ke Batu pada akhirnya saya makan pecel juga. Kemudian kami bergegas melanjutkan perjalanan ke Selecta.
Sampai di Selecta ternyata parkiran mobilnya penuh sekali dan kami harus parkir di ujung dekat pintu keluar. Lebih baik bawa tongsis dan alat-alat fotografi yang memadai karena view di Selecta ini keren betul. Ada wahana-wahana yang asyique, namun bukan bianglala, jadi saya b-aja-sih. Salah satu wahana adalah sky-bike yang dicoba oleh dua teman saya. Pertamanya ingin coba juga, tapi begitu tahu itu wahana yang harus mengayuh manual, saya angkat tangan.
Untungnya teman saya bawa DSLR dan fotonya itu bagus-bagus sehingga momen-momen yang diabadikan tidak mengecewakan. Satu-satunya yang mengecewakan adalah dia tidak mau difoto.
Yasudahlahya.....
Setelah puas, kamu keluar Selecta dan mencari-cari tujuan berikutnya. Kalau ke Cangar, saya tidak bawa baju ganti. Saya ingin sekali ke Museum Angkut yang katanya bagus untuk dijadikan spot foto. Tapi, sekali lagi, perjalanan ini mengharuskan saya memikirkan keinginan orang lain juga. Terlebih lagi status saya di sini hanya penumpang. Akhirnya kami ke Paralayang. Ini adalah tempat yang dahulu pernah didatangi oleh kawan-kawan satu departemen namun saya tidak ikut. Jadi saya pikir lumayan-lah bisa ke sana. Apalagi katanya saya bisa foto dengan view lampu-lampu kota.
Tak disangka, terjadi sebuah insiden. Ban mobil yang kami tumpangi bocor di tengah jalan menuju Paralayang (sudah dekat sih sebenarnya, kami kelewatan pintu masuknya). Empat cowok, empat cewek, kami semua turun dari mobil dan berusaha mengganti ban bocor. Ralat, tidak semua sih, hanya yang cowok-cowok saja.
Kami search di Youtube bagaimana melepas ban serep, melepas ban bocor, memasang dongkrak, dan memasang kembali ban mobil. Oh sungguh nyamannya hidup di era teknologi ini. Akhirnya ban mobil berhasil terpasang dan kami melanjutkan perjalanan ke Paralayang dengan sangat hati-hati dan menghindari pinggiran terjal.
Insiden kedua terjadi. Mobil yang kami tumpangi tidak kuat menanjaki curamnya kehidupan, eh..., maksudnya medan. Mobil itu mundur, telat banting setir, dan srekg! Bemper depan penyok. Panic, try not to, panic again, try not to, we're definitely panicked. Begitu mobil sudah parkir, kami berdelapan turun untuk lihat kendaraan. Bukan hanya bemper, namun slebornya juga ikutan tersayat. Kami mencoba segala cara untuk membuat bempernya tidak semakin jatuh dan slebornya tidak semakin lepas. Solusi: ditali saja, gan! Untungnya si pemilik mobil bawa tali pramuka. Gila, emang, perkap sejati. Setelah slebor sudah aman, barulah kami berjalan kaki ke spot-nya.
Sampai di atas ternyata berkabut. And I just like, oh man... After all these things and this is what we get. Kami menunggu sambil makan mie dan minum teh panas di warung sekitar. Gila, bung, harganya. Tapi gimana ya, kami lapar sekali dan kabut tak kunjung hilang.
Yasudahlahya.....
Surprise! Kami bertemu kawan-kawan seangkatan di sana. Padahal kami nggak janjian. Of all places, of all hours, of all people, kami bertemu mereka pada jam itu di Paralayang. Korban-korban kabut. Ini baru takdir. Kami melepas kangen, atau melepas kekagetan di sana. Berfoto bersama dan bercengkrama sebentar sebelum rombongan lain itu melanjutkan perjalanan.
Kami menunggu sebentar dan kabut belum hilang. Akhirnya kami berfoto juga, diselimut kabut.
Ketika sudah terlanjur kecewa, kami pun turun lagi, melanjutkan perjalanan ke Alun-alun Kota Wisata Batu. Sampai di sana ternyata udah malam. Sholat dahulu dan harus pakai fasilitas kamar mandi umum karena tempat wudhu di masjidnya sudah tutup dan ternyata ruangan masjidnya juga tutup. Kok bisa ya tempat ibadah tutup?
Setelah sholat saya ke KUD yang menjual susu enak, ternyata juga tutup. Akhirnya kami beli susu di KUD sebela. Tidak ada rotan, akar pun jadi. Teman-teman saya juga membeli ketan yang katanya enak banget. Saya tidak ikut pesan karena ketan is not my thing dan bosan karena tiap Papa jajan pasti ada ketan. Waktu pesanan teman-teman saya tiba dan saya cicipi... well, it's a confession of a person who's not a big-fan of ketan, ketannya biasa aja namun toppingnya yang enak. Saya malah tergoda makan tahu petis.
Makan udah, minum udah, cuci mata udah, saatnya kembali ke kehidupan nyata. Kami masuk mobil dan menuju Surabaya. Saya tidur hampir seluruh perjalanan pulang. Bahkan saya tidak menyadari ponsel saya terjatuh di lanta mobil saking pulasnya. Saya terbangun tengah malam (seperti biasanya) dan kala itu kami sudah ada di toll.
Tiba-tiba suara bresek datang dari ban mobil dan teman saya yang nyetir panik dan langsung berhenti di bahu jalan. Kami berhenti di toll itu. Sebagian dari kami masih pulas tidurnya. Pemilik mobil turun, dan saya ikutan untuk membantu memberi penerangan (kalau dipikir-pikir tugas saya selama insiden-insiden yang kami alami adalah sebagai pemegang flashlight). Ternyata tali slebornya lepas. Kami mengikatkan kembali agar lebih kencang. Sampai-sampai petugas patroli jalan toll menghampiri kami dan menanyakan apakah ada yang perlu dibantu, namun kami mengucapkan terima kasih karena we're already knew what we should do.
Setelah tiba di Surabaya, saya dan teman saya yang menemani naik kereta tadi diturunkan di Gubeng untuk ambil sepeda motor. Tadinya sih kita sempat khawatir parkirannya tutup. Ternyata parkirannya buka 24 jam dan kami langsung 'yaiyalah ini kan stasiun! kamu kira jurusan kita?'. Lalu kami berdua berkendara pulang.
Cuma sehari sih, tapi menurut saya itu unforgetable sekali. Terima kasih, gengs, kalian luar biasa.
Setelah sholat saya ke KUD yang menjual susu enak, ternyata juga tutup. Akhirnya kami beli susu di KUD sebela. Tidak ada rotan, akar pun jadi. Teman-teman saya juga membeli ketan yang katanya enak banget. Saya tidak ikut pesan karena ketan is not my thing dan bosan karena tiap Papa jajan pasti ada ketan. Waktu pesanan teman-teman saya tiba dan saya cicipi... well, it's a confession of a person who's not a big-fan of ketan, ketannya biasa aja namun toppingnya yang enak. Saya malah tergoda makan tahu petis.
Makan udah, minum udah, cuci mata udah, saatnya kembali ke kehidupan nyata. Kami masuk mobil dan menuju Surabaya. Saya tidur hampir seluruh perjalanan pulang. Bahkan saya tidak menyadari ponsel saya terjatuh di lanta mobil saking pulasnya. Saya terbangun tengah malam (seperti biasanya) dan kala itu kami sudah ada di toll.
Tiba-tiba suara bresek datang dari ban mobil dan teman saya yang nyetir panik dan langsung berhenti di bahu jalan. Kami berhenti di toll itu. Sebagian dari kami masih pulas tidurnya. Pemilik mobil turun, dan saya ikutan untuk membantu memberi penerangan (kalau dipikir-pikir tugas saya selama insiden-insiden yang kami alami adalah sebagai pemegang flashlight). Ternyata tali slebornya lepas. Kami mengikatkan kembali agar lebih kencang. Sampai-sampai petugas patroli jalan toll menghampiri kami dan menanyakan apakah ada yang perlu dibantu, namun kami mengucapkan terima kasih karena we're already knew what we should do.
Setelah tiba di Surabaya, saya dan teman saya yang menemani naik kereta tadi diturunkan di Gubeng untuk ambil sepeda motor. Tadinya sih kita sempat khawatir parkirannya tutup. Ternyata parkirannya buka 24 jam dan kami langsung 'yaiyalah ini kan stasiun! kamu kira jurusan kita?'. Lalu kami berdua berkendara pulang.
Cuma sehari sih, tapi menurut saya itu unforgetable sekali. Terima kasih, gengs, kalian luar biasa.

Komentar
Posting Komentar