Hello, saya lagi masa liburan nih dan tidak tahu harus berbuat apa. Mau belajar ngoding tapi kok ya banyak godaannya, mau jalan-jalan ke sana-sini tidak ada teman, mau berkunjung ke rumah pacar tapi tidak punya.
Yhasudahlahya....
Orangtua saya sampai bosan mungkin melihat saya di rumah saja karena mereka biasanya selalu keluar kota (baik urusan kerja atau non-kerja) dan kasihan melihat anak gadisnya malah tidak berbuat banyak. Pernah nih kemarin Papa bilang, "Dhe, kamu nggak ada teman di luar kota? Luar pulau? Kalimantan? Sumatera? Papua? Main ke sana aja deh. Asyik loh di sana."Ini usiran secara halus kali ya... hehe. Dan kalau sudah begini saya tidak bisa pakai alasan yang biasanya saya berikan ke teman-teman saya "Nggak ada duit."karena Papa biasanya berhasil mematahkan alasan itu.
Sebenarnya sih saya mau banget jalan-jalan. Kemanapun, asal sama orang yang saya sayang. Kemarin waktu ke Batu bareng teman-teman saya bahagia sekali, karena for the first time in forever ada yang mau jalan sama saya (kok pathetic sekali ya hehe). Tapi bahkan di tengah kebahagiaan saya, saya menemukan kekecewaan karena tidak bisa naik bianglala. Bianglala itu keren banget, bianglala is love, bianglala is life. Makanya setiap ke carnival atau acara begituan saya selalu mengincar bianglala.
Pernah nih waktu itu di expo kampus saya medatangkan bianglala. Kecil sih, tapi demi apa pun saya naik itu. Saya mengajak teman saya, dan saya baru tahu dia takut ketinggian apalagi naik bianglala. Katanya trauma. Tapi saya memohon-mohon agar dia menemani saya. Dia mau! Wah, ini saya bahagia sekali... ada orang yang mau berusaha menahan ketakutannya. Bianglala kami berputar dan saya tidak bisa hitung lagi berapa kali dia teriak meraung-raung ketakutan. Dan saya hanya bisa tertawa. Saya mencoba menghiburnya dengan mengatakan "Hey, lihat! Jalannya bisa dilihat dari sini! Itu kamu bisa lihat Grha dari sini! Wah, itu jurusan kita! Anginnya segar sekali di atas sini."
Ada moment dimana bianglalanya macet, mungkin sudah karatan dan kami tepat berada di atas. Iya, di puncak banget. Iya, bahkan saya yang pecinta bianglala pun deg-degan. Lalu teman saya cerita bahwa dia pernah naik bianglala dan macet seperti ini dan itulah yang membuatnya trauma. Kemudian saya paham bahwa saat itu dia tengah menghadapi ketakutannya sementara saya malah menuruti anak kecil dalam diri saya. Saya berusaha menghiburnya, mengajaknya mengobrol, membuatnya santai, sampai dia tertawa dan lupa sesaat.
Kemudian bianglala itu kembali berputar normal. Kami turun dan dia langsung berlari menjauh. Lalu begitu saya hampiri dia tertawa dan bilang "Dih, kok cuma sebentar sih muternya!" Saya tidak pernah merasakan urgensi untuk menggampar orang sebesar saat itu.
Terakhir kali, saya ke Food Junction yang ada bianglalanya. Jujur saya jauh-jauh ke sana hanya untuk naik bianglala. Teman saya bilang ada bianglala di sana. Begitu kami akan bayar tiket, ada tulisannya tuh... bahwa satu kabin hanya untuk satu orang saja.
Jreng jreng... saya pikir saya akan berpikir lama untuk memutuskan. Namun saya langsung bilang tidak. Saya sendiri juga kaget kok tidak jadi naik, padahal pingin banget.Ternyata selama ini, bukan berada di bianglalanya yang membuat saya bahagia. Yang membuat saya bahagia adalah mengetahui bahwa ada yang bersama saya di putaran itu. Bahwa saya tidak sendirian. Bahwa meskipun saya berada di bawah atau di atas atau macet sekalipun saya masih memiliki orang di samping saya.
Kalau boleh mewe-mewe dikit nih... menurut saya hidup itu seperti naik bianglala. Kadang kita berada di atas, kadang berada di bawah. Mau putarannya cepat, putarannya lambat, berapa putaran, bukan di tangan kita... tapi di tangan mamang operatornya. Tapi kita bisa memilih along the ride itu mau ketawa-ketawa menikmati pemandangan, teriak-teriak ketakutan, atau diam karena kebelet pup-- semua terserah kamu. Kamu juga yang memutuskan mau naik bianglala itu sendirian atau sama teman-teman terdekat.
Dan selama kamu masih butuh bianglala, carilah bianglala yang tepat bersama orang-orang yang tepat... yang mau menemanimu sepanjang putaran.
Treat life like a Ferris wheel ride. You should enjoy it :)

Komentar
Posting Komentar