Heu heu heu, akhirnya ada waktu untuk post ini.
Jadi, ini post bakalan nyebelin banget karena tentang monster yang ditakuti anak kuliahan. Namanya skripsi. Tenang, ga semenakutkan itu kok (kata dosen PhD).
Skripsi saya dimulai di semester 7. Rasanya banyak sekali bentrokan tentang kapan saya harus memulai skripsi. Orangtua saya tidak suka saya terburu-buru. Dibawa santai saja. Teman-teman saya ambis betul. Sahabat-sahabat saya pada ikut proyekan, kalau nggak ya exchange keluar. Inilah awal saya merasa ketinggalan kereta. Saya merasa tidak punya apa-apa lagi.
Saya rindu liburan. Tugas banyak, bangun kuliah, ngerjain lalala, begadang, dan lain-lain. Jujur saya merasa fed-up dengan semua itu. Jadi saya memilih skripsi (jalan yang saya agak-agak nyesel). Iya, ini tuh kayak mahasiswi stress kuliah trus milih nikah. Hanya saja saya milih skripsi.
Nentuin Topik Kayak Nentuin Kriteria Jodoh
Ya gimana engga? Di sini adalah awal saya dituntut tahu harus ngapain. Untuk mahasiswa yang kaget dengan dunia riset, saya sempat kewalahan baca paper. Bolak-balik bimbingan... bolak-balik ganti topik. Sempet iri sama temen-temen yang udah langsung klik sama topik. Tapi yha dijalani saja. Ketemulah topik saya tentang model proses bisnis. Jadi kalau sekarang ditanyain pengalaman. Saya bakal jawab, "Iya, saya pengalaman di bidang modelling. Modelling proses bisnis." *Apaan si dhev garing amat lau 😑
Setelah nentuin topik, baru deh nentuin judul. Saya beruntung banget punya dosen pembimbing yang sabar dan disiplin. Bisa bayangin nggak sih... ada orang yang sabar banget sekaligus disiplin tentang progress at the same time? Saya bingung judul dibilang "Udah santai saja, nanti kalau ada masukan dari penguji kita ganti." And yes, tidak ada perintah untuk ganti. Alhamdulillah...
My Support System yang Selalu Ada
Awalnya saya pikir skripsi ini kayak mata kuliah yang lain, hanya saja terdiri dari 6 SKS. Ngerjainnya juga kayak final project, hanya saja sendirian. Apaan woy! Beda amir. Eh, itu sih opini saya sendiri. Karena ini saya ngerjainnya berbarengan dengan matkul lain jadinya melelahkan. Belum lagi saya harus bagi waktu.
Dalam lamunan panjang saya sering sekali kehilangan motivasi. Sering banget mengeluh. Sering banget sensi. Sering banget mikir dalem-dalem guyonan orang yang bilang 'Halah nggak mungkin selesai.' Iya saya tahu banget itu cuma becanda, tapi pada saat itu saya langsung down dan nggak berani kumpul bareng teman-teman. Alay emang.
Untung saja saya punya barisan teman-teman yang buaaaaik banget. Mereka yang selalu support saya, yang sering back-up tugas misalnya bentrok sama jadwal saya, yang sering nemenin ngerjain di lab, yang saya numpang wifi-nya, yang jadi teman diskusi meskipun topik saya kelewat EZ bagi otak encer mereka, yang menjadi tempat berkeluh-kesah setiap malam, yang menjadi wadah insecurity saya bermain-main, yang selalu mampu mengingatkan saya bahwa saya mampu. Mereka ini berjasa banget. Saya doain kalian lancar studi dan karirnya 💋.
Terlalu Terbawa Suasana Santai
Katanya kalau ngerjain skripsi itu harus tenang. Jangan gupuh. Nikmatin hidup juga. Makanya saya selalu seneng kalau ada acara makan-makan, jalan-jalan, yang tidak melibatkan laptop. Karena semakin saya jauh dari laptop, saya semakin bahagia. HAHAHA memang hawa procrastination sedang panas-panasnya pas skripsi.
Jadi, waktu jurusan saya ada event seminar gitu dan melibatkan dosen-dosen pada ke Bali, yaaa saya juga liburan dong. Dua minggu saya libur ngerjain skripsi. No progress. Ini yang saya sesali kemudian. Karena pas jadwal bimbingan saya malah nangis karena belum ada kemajuan. Besoknya saya langsung ngerjain lagi.
Bu Fitri Sang Penyelamat
Objek penelitian saya itu UMKM, otomatis harus mencari owner bisnis yang kooperatif. Ketemulah dengan ibu super duper baik, Bu Fitri. Dari awal ketemu, beliau mau menyisihkan waktu untuk wawancara. Kalau membuat janji temu selalu diusahakan. Meskipun saya tahu sibuk banget pastinya jadi pengusaha, namun Bu Fitri rela menyisihkan waktunya untuk saya. Masih muda orangnya, sehingga ngerti lah derita anak skripsi gimana. Bu Fitri ini tipe orang mau maju bersama, mau diajak bekerjasama.
Kebetulan banget beliau tergabung di WUBI, komunitas wirausaha punyanya Bank Indonesia. Awalnya saya tidak tahu. Lalu pada saat car free day di acaranya GenBI, saya ketemu sama Bu Fitri. Di sanalah kami mulai ngobrol panjang. Kemudian setiap ada acara BI selanjutnya saya selalu menyempatkan untuk menemui beliau.
Terima kasih banyak, Bu. Semoga selalu lancar usahanya.
Sidang Akhir yang Mendebarkan
Bukan bermaksud nakut-nakutin, tapi ini adalah hari menakutkan bagi saya. Kalau bagi kalian sih mungkin biasa saja karena kalian siap banget. Sedangkan menurut saya penelitian saya jauh dari kata sempurna. Saya menghabiskan waktu untuk berpikir pertanyaan apa yang bakal muncul. Karena saking gupuhnya saya, saya nggak melihat tabel saya. Inilah yang menyebabkan banyak pertanyaan terlontar dari para penguji.
Eng ing eng... buku saya cetaknya baru malam sebelumnya. Belum ada daftar isi, kata pengantar, biodata penulis, halaman acakadul, pokoknya formatting seadanya banget. Tapi saya memberanikan diri untuk sidang. Elah, memberanikan diri... padahal itu emang fardhu ehehe.
Pas masuk, laptop saya tidak bisa connect ke layar. Belum-belum udah panik. Akhirnya setelah saya restart komputer saya, barulah bisa. Belum selesai presentasi saya sudah ada pertanyaan. Saya jawabin. Setelah berakhir presentasi saya, pertanyaan makin banyak.
Saya keluar dari ruangan itu tidak dengan senyum bahagia seperti peserta lainnya. Mungkin hanya saya yang keluar dengan mata berkaca-kaca dan kemudian nangis. Cengeng banget ya mwahahahah. Untung saja banyak teman yang menyambut saya. Mengucapkan semangat dan selamat. Jujur, itu yang menjadi obat saya. Bahwa ada yang peduli sidang saya. Teman-teman saya datang, memberi hadiah, memberi apresiasi, memeluk saya.
Revisi oh Revisi
Ada nih guyonan khas mahasiswa skripsi, unlimited vision, unlimited revision. Ngomongnya sambil ketawa getir. Kelar sidang akhir, masih ada revisi. Bukan ada lagi.... banyak euy. Saya stress lagi. Masa revisi ini seminggu dari sidang akhir. Saya benar-benar takut tidak terkejar deadline. Gupuh maksimal. Sering sensi, kurang tidur, males makan, jerawatan. Semuanya jadi satu hingga kepala saya pening.
Belum lagi ke dosen penguji yang harus bolak balik. Saya tiga kali menghadap dosen penguji karena revisi saya tidak kunjung diterima. Ketika teman-teman saya yang beda penguji sudah melenggang santai mengurus persyaratan yudisium, saya, Patty, dan Qilla harus susah payah memperbaiki skripsi. Di hari terakhir, akhirnya diterima juga.
Tapi saya bersyukur dosen penguji saya sangat perhatian. Karena bahkan bagian yang saya pikir tidak perlu masuk, akhirnya masuk juga. Saya jadi belajar ilmu baru, teori baru, bahkan sempat-sempatnya baca paper lagi.
Tips untuk Pejuang Skripsi
Bukan bermaksud menggurui ya. Tapi, apabila saya bisa kembali ke masa lalu dan bertemu diri saya yang sedang mengerjakan skripsi, inilah hal yang akan saya katakan kepadanya:
- Jangan takut salah. Kesalahan pasti ada. Semakin cepat tahu kita salah, semakin cepat pula kita tahu jalan keluarnya
- Jangan menyerah. Teruslah berusaha mencari solusi. Skripsi ini tujuannya untuk memecahkan masalah kan, masa cepat nyerah sama masalahnya.
- Tenang, jangan panik. Takut tidak selesai tepat waktu itu adalah hal yang biasa. Sama, saya juga takut. Tapi percayalah, skripsi itu seperti lomba lari yang kamu tidak tahu batas waktunya. Kamu hanya tahu garis finish-nya. Jadi berusahalah berlari mengerjakan bab demi bab. Meskipun waktunya mepet, jangan gupuh. Sesuatu yang dikerjakan dengan panik hasilnya tidak akan maksimal. Kalau bisa sih jangan deadliner tapi tips ini kurang masuk akal ahahah.
- Minta restu orangtua. Jujur, saya baru bilang kalau sedang mengerjakan skripsi waktu jadwal sidang akhir saya keluar. Otomatis kaget lah ya ortu... nih anak tiba-tiba aja. Mungkin itulah penyebab I learnt in a hard way.
- Berkumpul bersama orang-orang yang mampu memotivasimu. Carilah teman-teman seperjuangan yang gemar berprogress. Atau mampu mendorongmu bangkit dari rasa tidak percaya diri.
Yang paling penting, jangan lupa bahagia. Nikmati setiap proses. Selalu berdoa, tawakkal, dan jangan pernah ragu sama potensi diri 😉
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
Ini sejumput kenangan pas sidang akhir
Ini OSR Lancar Jodoh yang semoga saja nama adalah doa ehehe. Guntur sang mantan kadep yang sabarnya ga paham lagi saya. Selalu mau berkorban, ngobrol lalala gak jelas, tempat minta tolong paling fast respon meskipun tampangnya ngeselin. Gradi yang mau nemenin bilang ke dosen pembimbing saya bahwa saya mau skripsi. Aisyah yang imut dan dewasa dalam satu paket, nyemangatin mulai dari jaman KP sampai bela-belain ngelihatin buku skripsi kakak tingkat. Yang serbabisa sumpah inspiring banget. Ipi yang meskipun nggak ada di foto karena lagi di Poland, tapi semangatnya berhasil nyampe Indonesia. Dia punya segudang kata-kata motivasi yang kalau saya chat galau pasti berhasil bangkit lagi.
Ini Riris sama Nurul partner di Teknik Peramalan. Jujur aja, saya nekat banget ambil matkul ini karena tujuan saya cuma satu waktu itu, ingin ngeramal jodoh. Tapi truth to be told kita bisa meramalkan kalau ada data masa lalu. Lha ya gimana dong nasib saya buk?! Tapi untungnya ada Nurul yang master banget dan selalu rajin ngerjain tugasnya. Selalu ngajarin dan ngasih 'junjungan' tugas. Juga Riris temen satu blok yang apa-apa bisa dimintain tolong. Paling bisa diajak escape ala-ala, yang kalau saya sakit selalu perhatian, yang kosnya bisa dijadiin tempat dandan dan tempat makan paling pas.
Di atas ini adalah sebagian dari mantan kabinet dulu. Gaada foto yang bagusan apa ya? Tapi ini candid-nya saya suka. Ovan yang meskipun sibuk tapi mau mengayomi, Rage yang sering ngelawak tapi ngegas tapi ending-nya bikin mikir, juga Irma yang sering krik-krik. Saya senang didatangi. Meskipun pas masih berorganisasi saya merasa tergabut diantara semua manusia super-sibuk ini, plus saya yang paling sering pulang kampung, rasa bersalah saya terobati ketika melihat mereka lagi.
Seharusnya ini foto sama OSR yang sekarang. Tapi tidak apa-apa. Saya sudah bahagia bertemu dengan mereka. Meskipun waktu masih berorganisasi, saya banyak gabut dan sering malesin jadi temennya Guntur... Meskipun banyak sekali tegangan dan kegaduhan... saya tetap mencintai mereka. Karena mereka saya yang kuper ini jadi kenal namanya organisasi. Oh iya, juga ada Adi jebolan OSR yang balik duluan karena ada acara di jurusannya.
Susah banget milihin foto pas sama Inka doang. Plus ada Ilham (thanks banget) yang kok tinggi banget oy. Jadiii ini deh fotonya. Inka OSIRIS terdiri dari ciwi-ciwi super kuat ngadepin segala peliknya pelatihan dan kepanitiaan. Ada Devita yang lanjut jadi kadep, super sabar, mandiri, cekatan, pinter gilak, cantik, pokoknya idaman. Ada Dewi yang sering bantuin nugas, karena gimana ya... beda otak kita kayak mie lidi dan tiang listrik (of course saya lidi nya). Ada Noptrina yang paling bisa diandalkan, selalu ngerjain tugas tepat waktu, paling anti sama deadline, perfeksionis banget, tipe someone yang you can rely on. Ada Nia yang suka banget berlogika, sering jadi partner diskusi pas jaman matkul coding-codingan dulu sampe pernah begadang saking penasaran kok tugas kita nggak beres-beres.
Jreng jreng! Kalau ini Irma dan Erma. Tidak, mereka bukan kembar kok... malahan muka Erma mirip sama saya (ingin ditabok cowok satu jurusan). Irma ini yang ngajak berorganisasi bareng. Eventually dia jadi petinggi gitu di kabinet. Cewek tapi serba bisa. Selalu dapat diandalkan, meskipun begitu jangan sampai dengerin tebak-tebakannya. Thank me later. Kalau Erma ini menurut saya adalah sebuah idealisme cantik masa kini. Nggak cuma raga aja tapi hatinya juga. Saya selalu excited sama cerita-cerita dia tentang melanjutkan pendidikan yang menurut saya sulit untuk saya raih. Yep, keduanya adalah partner saya dalam matkul PSSI.
Kalau yang ini GenBI kampus saya. Kebetulan yang di foto atas cuma dua cewek cantik. Anne dan Tatak yang sama-sama keren. Kalau Anne ini baru pulang dari Korea, ngelarin skripsi juga, dan masih bisa menyempatkan datang ke sidang saya. Padahal saya tidak sempat datang ke sidang Bella karena riweuh sidang sendiri. Trus ada Tatak, partner motoran kalau ada acara. Jago banget robotic, sampe pernah ke China ikut lomba. Selalu bisa dimintain tolong kalau saya sedang repot urusan dunia. Trus ada lagi Bella, Ayik, Hendry, Erica, Faiq, Dzaky, dan Rina yang belum kefoto. Mereka bersembilan hebat, makasih sudah mau nemenin butiran wijen ini. Maafkan saya sering gabut.
Juga semua pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan di sini karena bakal banyak banget. Apalagi si Anyung yang selalu menyemangati di kala apapun. Termasuk OSIRIS angkatan paling cucok meyong tersayang sejagat kampus. Juga semua teman-teman non-kampus yang sering jadi tempat berkeluh kesah. Terima kasih sudah bersabar selama masa skripsi saya dan sudah berhasil membuat hari-hari perkuliahan saya unforgettable.
-----------------------------------------------------------------------
Maaf ya jadi spam. Lha bomat ini blog saya kok -__-
Komentar
Posting Komentar