Apa itu?
Mungkin kalian akan terpikir bahwa hal tersebut adalah uang yang banyak, pakaian yang keren, tas yang mahal, atau destinasi wisata yang anti-mainstream. Tapi sebenarnya apa yang kita inginkan dari dunia ini, semenjak kita dilahirkan bahkan, adalah penerimaan. Acceptance.
Sejak kecil kita ingin orangtua kita menerima kita. Kita berusaha menuruti, meniru, dan berpikir seperti orangtua kita karena kita ingin diterima sebagai anak. Because acceptance is the gate to being loved.
Menginjak balita dan usia sekolah, penerimaan yang kita inginkan adalah dari teman-teman sekitar kita. Bergaul dengan orang-orang yang tidak tinggal serumah dengan kita menjadi tantangan yang besar. Bagaimana mungkin kita menyesuaikan diri secepat itu? Kita menjadi apadtif karena keinginan kita untuk bisa diterima. Sangat penting bagi kita untuk mendapat penerimaan itu.
Beranjak remaja, kita ingin orang-orang yang kita kagumi untuk menerima kita karena kita bisa menerima mereka. But dealing with people at this age isn't as easy as when we're kids. We put too much criteria and ideologies on the list. Semakin berumur kita, acceptance becomes harder.
Kita rentan terhadap sesuatu yang berbeda. Kita merasa risih berada di tempat asing. Kita merasa kurang nyaman berinteraksi dengan orang yang gaya hidupnya tidak seperti kita selama ini. Kita memiliki tendensi untuk menolak orang-orang yang berbeda.
Saya teringat kata-kata teman saya saat kami berjalan menuju kampus dan membahas tentang apa yang membuat seseorang bisa punya pasangan. Tentu saja saya menjawab apabila kita keren dan memikat, jawaban khas otak malas mikir. Teman saya kemudian mengungkapkan banyak individu yang memiliki pasangan tidak sekeren diri mereka, namun tetap saja bertahan lama. Saya bilang mungkin saja mereka malas cari yang lebih baik.
Teman saya tersenyum kemudian bilang, "Karena mereka menerima orang lain itu."
Simple, because they accept each other characteristics.
Obrolan kita berlanjut dengan ngomong orang lain yang ngedate (ealah mba ujung-ujungnya gibah ehehehe😅).
Lalu saya berkata dalam hati, pantas saja selama ini saya sendirian karena saya tidak bisa menerima. Tapi yang lebih mendasar, saya tidak bisa menerima diri saya sendiri. Saya merasa sedih apabila tidak diterima dalam suatu kelompok, yet I don't accept myself. Iya sih, jika dilihat-lihat teman-teman saya yang selama ini memiliki pembawaan baik selalu berhasil accept themselves whole-fully.
Sedikit demi sedikit saya mulai belajar menerima diri sendiri. Karena gimana kita bisa diterima oleh orang lain kalau diri kita tidak bisa menerima? Ada beberapa tahap dan waktunya tidak bisa singkat. But it's worth it, karena belakangan ini saya mulai bisa melakukannya. Bagi saya self-acceptance adalah awal mula untuk self-improvement. Apabila kita dapat menerima kelebihan-kelebihan kita, maka kita juga akan menganalisis kelemahan-kelemahan juga.
And I do recommend to the readers, whoever you are, if you still can't manage self-acceptance, you can start whenever you're ready. There are so much article in internet worth reading for if you can't afford your own shrink appointment. If you're still in the deep-searching for self acceptance, or if you want to know the techniques of self-acceptance, or even if you've find it and want to nurture it.
Selamat menerima diri sendiri 💗!

Komentar
Posting Komentar