Langsung ke konten utama

A Proper Good Bye to 2018

This year had been my worst of all if I recall. Tapi harus ada sisi baik yang patut disyukuri, bukan?
It should be my best year, karena saya wisuda di tahun ini . Tapi kalau menghitung berbagai kegagalan yang saya hadapi bikin cenat-cenut.
I appreciate this year for shaping me the way I am now. The lessons I should hardly learn. Terima kasih sudah mengajarkan bahwa tidak segala hal bisa saya dapatkan. Bahwa saya tidak sebagus itu untuk menerima 'hadiah'.
Impian saya 'ketika-lulus-mau-kemana' tidak bisa saya jalankan di tahun 2018 ini. Uang tabungan saya tidak mencukupi untuk kursus dan tes kecakapan bahasa asing. Yah, minimnya persiapan dan bodohnya saya untuk mengikuti keinginan menghambur-hamburkan demi urusan tidak penting.
Resolusi yang dulu semangat saya perjuangkan terhenti sejak bulan April 2018. With no one to talk to, saya menyimpan kekecewaan pada diri saya sendiri. Saya mulai semangat kembali untuk mengejar cita-cita sejak Juni. Saya bertemu orang-orang yang senasib dengan saya. Bedanya, mereka tidak putus asa. Mereka berjuang untuk mewujudkan impian mereka yang sempat tertunda.

2018 adalah tahun disappointment bagi saya.

Gagal mendapatkan karir yang saya impi-impikan sejak dulu. Gagal membahagiakan orangtua saya. Gagal memiliki kehidupan yang saya cita-citakan.
Saya juga kehilangan banyak orang di tahun ini. Entah kenapa, Tuhan seperti ingin menegaskan bahwa saya layak bersedih. I lost my grandma, my uncle, and my aunt. I still remember how it broke my heart knowing they had been passed away.
Semua kesedihan saya minum sendiri. Mungkin salah saya juga, saya tidak terbiasa untuk membuka suatu percakapan dan bercerita. Sekalinya saya memulai,  saya tahu saya tidak didengarkan. Lucunya, saya fine dengan keadaan seperti itu. Siapa saya? Siapa juga yang mau mendengarkan?
Meskipun pada akhirnya ada juga orang-orang yang tiba-tiba datang dan mendengarkan. Yang tiba-tiba datang dan mau saya repoti. Yang setelah saya pahami, tidak setiba-tiba itu. Percayalah, saya sangat berterimakasih untuk itu.
Di tahun ini saya juga burn bridges. Egois memang. Tapi as far as I could remember, saya merasa mereka bring out the worst in me. Haha alasan sih sebenernya, sayanya saja yang tidak baik.

So, 2018... if you haven't notice, I'm glad that you're gone now. I'm sorry I hadn't treat you well. I'm thanking you for all the good and the bad moments. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lupa Bawa Dompet? QRIS Sang Penyelamat!

Dor! Kaget gak? Kaget dong. Udah lama banget engga nge-post. Gimana 2021 so far ? Seperti 2020 v.2 bukan? Hahaha, canda. Semoga di 2021 kita bisa lebih baik lagi sambil mengingat-ingat 2020.   Ngomongin soal ingatan nih, siapa yang sering banget lupa bawa dompet? *Saya ngacung* Engga usah malu, karena pasti banyak banget yaa temennya.   Kalau saya ingat-ingat sepertinya saya sering sekali disuruh ke warung tapi lupa bawa uang. Alhasil harus balik ke rumah deh. Padahal jalannya lumayan jauh. Pernah juga waktu ke toserba, udah di kasir dan semua items sudah diinput oleh mas kasir, tapi ketika merogoh saku, poof! Kosong, saudara-saudara, alias dompet saya mana. Sumpah mau nangis. Tapi untung mas-nya baik jadi barang saya bisa di- keep dulu selagi saya balik ke rumah.   Seiring berjalannya waktu, saya merasakan bahwa kebiasaan lupa-bawa-dompet tidak terlalu menakutkan. Hal yang menakutkan apa? Lupa bawa smartphone . Media penyimpanan, alat komunikasi, p...

Nyobain kerja di luar goa selama masa WFH

Gimana rasanya kerja di kosan? Awal-awal mulai tuh yaa excited banget karena engga pernah kerja dari rumah sebelumnya di kantor yang sekarang. Terus mulai nostalgia ke jaman-jaman jadi auditor yang kerjanya bisa dari mana saja hahaha. Tapi jadi kagok juga karena sudah lama engga seperti itu. First time WFH di kosan ditemani temen sekos yang beda kantor. Seru abis karena jadi tahu dia kerjanya ngapain di kantornya. Meetingnya kayak gimana. Terus kehectican orang lain yang seru banget buat ditonton padahal kalau diri sendiri hectic mah kagak seru. Tapi lama-lama WFH mulai sendirian karena teman sekos udah pulang kampung gegara pandemi yang tak kunjung usai ini. Sendirian WFH di goa alias kosan dalam waktu yang tidak sebentar itu bikin jenuh. Asli. Tapi gimana lagi… harus bertahan. Udah coba ganti-ganti posisi kerja. Dari yang di meja, di lantai, sampai di dinding. Dan sama aja, lama-lama juga bosen. Cari tempat yang Wi-Fi nya kenceng Daripada bosen terus yang pasti bakal bikin ...

Jajan di Thailand Pakai QRIS

Dorrr!! Gilak udah lumutan aja nih blog.  Setelah pandemi dua tahun nggak ngapa-ngapain dan akhirnya sekarang terbang ke luar negeri udah diperbolehkan (meski harus nyiapin beberapa dokumen), pastinya kalian nyiapin wishlist jalan-jalan kan? Saya juga nggak mau kalah. Dua bulan lalu saya perpanjang paspor ^^ *Ternyata bisa lho perpanjang di luar domisili* Waktu perpanjang paspor sebenarnya belum ada destinasi apapun di wishlist karena yaudaaa kalau jalan spontan aja. Tapi beberapa hari setelah itu ada nih kesempatan buat dinas.  Karena udah lama banget nggak terbang internasional lupa caranya gimana, harus ngapain sekarang aturannya, dan ngebut banget semua-muanya hahaha.  Tips: browsing persyaratan masuk ke negara tujuan. Misal apakah butuh PCR atau sertifikat vaksin. Kebetulan nih perjalanan saya kemarin mampir ke Thailand. Pas nyampe bandara Dong Mueang baru sadar kalau belum tuker uang baht di negara asal dan cuma bawa cash tipis di dompet. Yaudah lah yaaa saya tu...